Ekologi biasanya
dimengerti sebagai hal-hal yang saling mempengaruhi : segala jenis mahluk hidup
(tumbuhan, binatang , manusia) dan lingkungannya ( cahaya, suhu, curah hujan,
kelembapan, topografi, dsb.) Istilah Ekologi secara luas berarti kehidupan
manusia dengan lingkungannya baik dengan makhluk hidup maupun benda mati, yang
menghormati dan memasuki diri sendiri di dalam daur ulang alam. Cara tersebut
memungkinkan kehidupan masyarakat yang sehat di dalam lingkungannya.
EKOLOGI ARSITEKTUR
Pengertian
Ekologi Arsitektur atau eko-arsitektur merupakan pembangunan secara holistis
(berhubungan dengan sistem keseluruhan ), yang memanfaatkan pengalaman manusia
(tradisi dalam pembangunan), sebagai proses dan kerja sama antara manusia dan
alam sekitarnya atau pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan
kehidupan manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya.
Prinsip-prinsip ekologi sering
berpengaruh terhadap arsitektur (Batel Dinur, Interweaving Architecture and
Ecology - A theoritical Perspective). Adapun prinsip-prinsip ekologi tersebut
antara lain :
- Flutuation
Prinsip
fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat
membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan
hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan
suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses,
lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan
pada lokasi tersebut.
- Stratification
Prinsip
stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari
interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang
membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
- Interdependence (saling ketergantungan)
Menyatakan
bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik.
Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan
dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya
berkelanjutan sepanjang umur bangunan.
Eko
arsitektur menonjolkan arsitektur yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di
bidang arsitektur sulit diukur dan ditentukan, takada garis batas yang jelas
antara arsitektur yang bermutu tinggi dan arsitektur yang biasa saja. Fenomena
yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya memperhatikan bentuk dan
konstruksi gedung dan cenderung kurang memperhatikan kualitas hidup dan
keinginan pemakainya, padahal mereka adalah tokoh utama yang jelas.
Dalam pandangan
eko-arsitektur gedung dianggap sebagai makhluk atau organik, berarti bahwa
bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding,
lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia
sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dan harus melakukan
fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan
mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan
sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang
dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan eko-arsitektur senantiasa
menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung berada dalam satu landasan
yang jelas.
Pada
perkembangannya ekoarsitektur disebut juga dengan istilah green architecture
(arsitektur hijau) mengingat subyek arsitektur dan konteks lingkungannya
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari hasil arsitektur dan lingkungannya.
Dalam perspektif lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global
alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan energi yang perlu dilestarikan.
Ekoarsitektur atau arsitektur hijau ini dapat disebut juga sebagai arsitektur
hemat energi yaitu salah satu tipologi arsitektur yang ber-orientasi pada
konservasi lingkungan global alami.
DASAR-DASAR EKO-ARSITEKTUR
Dalam eko-arsitektur terdapat
dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain :
1. Holistik
Dasar
eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu
kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.
2. Memanfaatkan pengalaman manusia
Hal ini
merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam
terhadap manusia.
3. Pembangunan sebagai proses dan bukan
sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4. Kerja sama antara manusia dengan alam
sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.
POLA PERENCANAAN ARSITEKTUR
Adapun pola perencanaan
eko-arsitektur yang berorientasi pada alam secara holistik adalah sebagai
berikut :
1.
Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.
2.
Menghemat energi alam yang tidak dapat
diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.
3.
Memelihara sumber lingkungan (air, tanah,
udara).
4. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan
penggunaan material yang masih dapat digunakan di masa depan.
5. Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem
energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).
6.
Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan
pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
7.
Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke
bangunan.
8.
Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri
kebutuhan sehari-harinya.
9.
Menggunakan teknologi sederhana (intermediate
technology), teknologi alternatif atau teknologi lunak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar