Museum Seni Rupa dan Keramik
Lokasi : Jl.Pos Kota no.2 (Taman
Fatahillah), Jakarta Barat
Arsitek: Seorang bangsa Belanda
bernama Ir. W.H.F.H Van Raders
Arsitektur bangunan : Bergaya
Klasisme (Klasik)
SEJARAH
Gedung yang dibangun pada 12
Januari 1870 itu awalnya digunakna oleh pemerintah Hindia-Belanda untuk Kantor
Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het
Kasteel Batavia). Dewan Kehakiman atau Raad van Justitie sendiri didirikan pada
tahun 1620 yang berkantor di gedung Stadhuis. Tugas dewan ini adalah
menyelesaikan masalah hukuman yang telah diputuskan oleh Collegie van Schepenen
(Dewan Pemulihan Keamanan). Apabila hukuman ini dirasakan melampaui batas,
terdakwa boleh mengajukan keberatannya kepada Dewan Kehakiman.
Pada masa pendudukan Jepang,
fungsi gedung Dewan Kehakiman menjadi asrama tentara dan tempat perbekalan.
Keadaan ini berlangsung sampai Belanda menguasai Indonesia kembali dari tangan
Jepang. Rupanya keadaan gedung Dewan Kehakiman yang telah dirubah fungsinya oleh
Jepang ini, oleh Belandapun tidak berusaha dikembalikan ke fungsi asal. Mereka
hanya melanjutkannya, bahkan ditambah dengan kegiatan poliklinik untuk melayani
personil dan keluarga tentara. Tempat lain yang menunjang sebagai gudang atau
tempat penyimpanan kendaraan, senjata dan peralatan lain terdapat di Jl.
Tongkol dan Jl. Cengkeh.
Pada tahun 1950-1962, daerah ini
dijadikan daerah tertutup (Ring Bewaking) antara pukul 18.00-06.00 WIB untuk
umum karena di lokasi tersebut tersimpan peralatan tentara yang sangat vital,
meliputi: Stasiun Beos, sebelah Barat Jl. Pakin dekat Museum Bahari, Ancol, RE
Martadinata dan Gunung Sahari. Mulai tahun 1962 sebagian tentara yang mendiami
gedung tersebut pindah ke tempat lain. Akhirnya pada pertengahan tahun 19671973
gedung ini digunakan sebagai kantor Walikota Jakarta Barat. Awal tahun 1974
dilaksanakan pemugaran terhadap gedung tersebut, dan digunakan sebagai Kantor
Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Dinas ini bertugas menggali, memugar dan
melindungi benda-benda bersejarah, benda purbaka serta naskah-naskah.
Pada pertengahan tahun 1967-1973
digunakan sebagai Kantor Walikotamadya Jakarta Barat. Pada tahun 1974 digunakan
sebagai Kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Pada tanggal 20 Agustus
1976 diresmikan Presiden (saat itu) Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta,
dan pada bulan Juni tahun 1977 koleksinya ditambah dengan keramik, sehingga
pada tahun 1986 namanya diubah menjadi Balai Seni Rupa dan Keramik. Kondisi
bangunan masih asli dan terawat. Pada tahun 1990 gedung dengan delapan tiang
besar di bagian itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik
yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan permuseuman DKI Jakarta.
ARSITEKTUR BANGUNAN
Gedung Museum Seni Rupa dan
Keramik dengan luas bangunan ±2430m² dan dibangun diatas tanah
seluas + 8875 m². Museum ini memiliki gaya arsitektur Eropa Empire. Ciri khas gaya arsitektur ini pada umumnya bagian atas depan berbentuk
segitiga yang menggambarkan Crown atau Mahkota Raja, sedang bagian teras
depan ditopang tiang pilar atau Doric (doria). Tiang-tiang pilar
seperti ini juga dijumpai pada bangunan dari jaman Mesir Kuno sebagai
simbol atau penggambaran dari pasukan tentara yang mendukung kekuatan
dan kokohnya kerajaan.
Arsitektur bangunan Museum Seni Rupa masih tampak jelas bentuk dan bangunannya yang anggun bergaya Eropa yang disebut bentuk atrium. Bentuk ini mempunyai bangunan induk yang dilengkapi dengan dua buah bangunan sayap serta dipisahkan dua halaman yang luas. Di belakang terdapat koridor yang menghubungkan sayap kiri dan kanan. Bagian depan merupakan pintu masuk ke Museum Seni Rupa sebagai tiruan gaya bangunan Yunani yang berasal dari pertengahan abad ke-5 SM. Terlihat jelas tiang-tiang penyangga yang kokoh dan besar-besar. Gedung museum Seni Rupa dan Keramik dirancang oleh Jhr. W H.F.H. Raders seorang arsitek yang tergabung dalam Koninklijk Instituut van Ingenieurs (Institut Insinyur).
Arsitektur bangunan Museum Seni Rupa masih tampak jelas bentuk dan bangunannya yang anggun bergaya Eropa yang disebut bentuk atrium. Bentuk ini mempunyai bangunan induk yang dilengkapi dengan dua buah bangunan sayap serta dipisahkan dua halaman yang luas. Di belakang terdapat koridor yang menghubungkan sayap kiri dan kanan. Bagian depan merupakan pintu masuk ke Museum Seni Rupa sebagai tiruan gaya bangunan Yunani yang berasal dari pertengahan abad ke-5 SM. Terlihat jelas tiang-tiang penyangga yang kokoh dan besar-besar. Gedung museum Seni Rupa dan Keramik dirancang oleh Jhr. W H.F.H. Raders seorang arsitek yang tergabung dalam Koninklijk Instituut van Ingenieurs (Institut Insinyur).
Bagian depan Museum Seni Rupa & Keramik
Ruangan pertama museum yang berisi sejarah-sejarah mengenai museum
Ruangan yang terdapat karya-karya seni berupa keramik
Ruangan bagian atas museum yang terdapat lukisan-lukisan
Lorong yang terdapat lukisan-lukisan dan beberapa keramik
Landscape di bagian dalam museum